Thursday, 23 February 2023

Sejak 2003 hingga 2024, Pemimpin Manggarai Barat adalah Tirta

Ilustrasi waé
Ini Waé Lowang di Coal

Bagi orang Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur pasti telah mengenal nama pemimpin mereka. 

Judul tulisan di atas tentu membikin Anda penasaran. Apa sih maksudnya?

Baiklah, silakan simak!

Sejak terbentuknya Kabupaten Manggarai Barat tahun 2003 yang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Manggarai, Penjabat Bupati diemban oleh Keraéng Wilfridus Fidélis Pranda. Huruf pertama namanya adalah W.

Keraéng Fidélis kemudian memilih Wakilnya bernama Agustinus Ch. Dula. Huruf pertama namanya adalah A. 

Bupati Agustinus Ch. Dula memilih Keraéng Maximus Gaza dan Keraéng Maria Géong sebagai Wakil Bupati.

Kemudian, pasca Keraéng Agustinus Ch. Dula, Yang Kuasa memilih Keraéng Édistasius Éndi sebagai pemimpin di Kabupaten Manggarai Barat. Huruf pertama namanya adalah É. Wakilnya adalah Keraéng Yulianus Wéng.

Menarik Nama.

Sekarang kita gabungkan huruf pertama dari ketiga pemimpin ini. W, A, É. Manakala digabung, maka akan menjadi WAÉ. 

Apa itu Waé?

Waé adalah tirta, air, water. Tirta atau air adalah Dewa Air, Sang Tirta. Pertanyaannya apakah secara kepersisan Tuhan memilih pemimpin di Kabupaten Manggarai Barat dengan huruf pertama harus membentuk kata waé?

Nah, apakah maksud dari Yang Kuasa bahwa salah satu prioritas pertama di Kabupaten Manggarai Barat adalah waé (air)? 

Masa Waé.

Masa waé adalah sebuah klausa, seruan bahwa terjadi kehausan. Di sini berarti seseorang atau rakyat butuh air. Mereka masa.

Lalu, bagaimana dengan nama Wakil? Coba perhatikan baik-baik. Nama-nama itu adalah Keraéng:

Agustinus Ch. Dula
Maximus Gaza
Maria Géong
Yulianus Wéng

Jadi, AAMY. Am sebutan dalam bahasa Manggarai untuk mungkin, barangkali (possible, maybe). Lalu, Aam adalah seruan kegembiraan karena leganya rasa haus. Kemudian, AAMY dapat dimengerti sebagai seruan a amy! Apabila digabung nama waé dan a amy, maka menjadi waé a amy (air kami). Yah, mereka adalah tirta, air.

Kepersisan.

Bupatinya adalah laki-laki dan Wakilnya terselip kelompok sarinah/srikandi. Wakil dari Keraéng ACD adalah MG terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kemudian, disusul Keraéng YW. Keraéng YW, yah Yhwe. Yahwe adalah Tuhan. Apakah sebutan waé a amy ada hubungannya dengan konsep ke-Allahan dalam kekristenan tentang Trinitas? Apabila disebut waé aam Yahwe atau dapat diartikan Yahwe adalah air, tirta.

Menurut konsep kekristenan, Yahwe adalah Yang Kuasa. Waé am Yhwe itu didukung oleh teori keberasalan manusia menurut orang Manggarai dan hubungannya dengan konsep ziarah hidup manusia menurut orang Manggarai. Ziarah hidup orang Manggarai didasari pada prinsip dasar waé dé'i (hidup yang sudah diatur oleh Yahwe).

Yang pasti bahwa nama pertama untuk tiga Bupati Manggarai Barat secara kebetulan membentuk kata waé (tirta). Soal interpretasi terhadap nama waé itu menjadi urusan masing-masing orang. Nama ini bisa saja karena warga masa waé (memerlukan air minum, air irigasi). Ketika waé dipenuhi, rakyat pun terlepas dari rasa dahaga.

Yang namanya kepersisan menjadi kepusingan banyak kepala ketika berusaha untuk menafsir suatu asumsi, sangka-sangka. Apakah setelah waé akan muncul kata mosé? Apabila setelah é, Bupati Manggarai Barat bernama M O S E? WAÉ MOSÉ! W A É sudah ternyata tinggal M O S É. Lalu, siapakah nama M O S É itu?

Waé yé mosé! Air sudah muncul atau air sudah ada. Tirta berkelimpahan!

Ditulis oleh:
Melky Pantur
Jumat (24/2/2023).

Keraéng Adrianus Garu Bertandang ke Gendang Coal

Keraéng Adrianus Garu menyempatkan dirinya bertandang ke Gendang Coal pada tahun 2019. Walau léjong itu sederhana, tentu tamu adalah  bak raja yang harus disambut gembira. 

Gendang Coal berada di wilayah Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu berdekatan dengan kampung Sama dan kampung Léwur. Kampung persekitaran, seperti: Lida, Ntalung, Lénggo, Béa Waék, Liang Roju, Tamong.  

Tampak Pak Andre tengah disambut warga Coal di rumah adat Gendang Coal.

Saat kunjungan Keraéng Adrianus Garu, perwajahan Gendang Coal (rumah adatnya saat itu) memang belum diganti. Dinding rumah adat yang berbentuk kolong itu terbuat dari bahan dasar kayu. Usianya pun telah puluhan tahun.

Keberadaannya yang sudah tua, membuat tetua adatnya berpikir untuk membongkar gendang itu lalu dibangun baru. Di bawah komando Keraéng Frans Jeragan, gendang itu pun berhasil dibangun baru. 

Sebelum kunjungan Keraéng Adrianus gendang ini juga pernah disambangi  Keraéng Christian Rotok. Pak Christ mantan Bupati Manggarai dua periode 2005 - 2015. Kawan perjalanan pada waktu itu antara lain Keraéng Marsél Jeramun dan Abdul Ganir.

Lih. 


Putera Manggarai misalnya Pak Adrianus Garu mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta meski begitu singkat, léjong yang dilakukannya menyisakan sejarah tersendiri manapula kehadirannya tampak sebagai tanda meterai sejarah gendang. Ada catatan sejarah gendang pra gendang itu dibangun baru.

Pasca gendang itu dibangun baru, Keraéng Édistasius Éndi beberapa kali melakukan kunjungan ke gendang itu terutama saat beliau memimpin Manggarai Barat. Bupati Manggarai Barat periode 2020-2024 itu bahkan kemudian kerap melakukan lawatan usai dirinya memimpin Manggarai Barat bersama Keraéng Yulianus Wéng atau akronim yang terkenal adalah Édy - Wéng. 

Mantan Bupati Manggarai Barat, Wilfridus Fidélis Pranda hanya melintas saja di depan gendang itu ketika pernah bertandang ke Gendang Sama beberapa tahun silam lagi pula manakala seseorang ingin ke Sama, pa'ang Gendang Coal pasti dilewati dan dimatai.

Keraéng Édistasius Éndi bersama Keraéng dr. Yulianus Wéng, M.Kes pada tahun 2022 memberi rasa peduli dengan membangun jalan hotmiks di wilayah itu. Tindakan Keraéng Édy - Wéng tak ubahnya aksi kasih anak bara wua tuka dari warga Coal dan Léwur. Keraéng Édy - Wéng  memberi tanda khusus di mana apa yang beliau berdua lakukan sebagai catatan sejarah. 

Apa catatan sejarahnya? Keraéng Édy - Wéng adalah pemimpin yang pertama menghotmikskan wilayah itu. Aksi nyata kasih sayang yang maha besar terhadap kerinduan warga keluar dari penderitaan yang amat sangat di jalan.

Tahun 1988, Penulis masih ingat jalan itu memiliki keriapan got di badan jalan dan setiap dump truck yang melintas, anak-anak sekolah pasti berteriak oto oto oto...! Maklum negeri marginal. 


Keraéng Drs. Gaspar Parang Éhok, MRP yang memimpin Manggarai tahun 1989 - 1999 membangun telford ke wilayah itu mulai dari Golowelu hingga ke Léwur.  Tahun 1994 di masa Bupati Gaspar P. Éhok pula, tiang listrik ke wilayah itu dibangun. Salah satu tokoh penting dalam Gereja Katolik Roma yang berasal dari wilayah itu khususnya Léwur adalah Mgr. Mikaél Angkur, OFM.

Pada masa Bupati Drs. Antony Bagul Dagur, M.Si tahun 2000 - 2005, jalur itu memang belum diaspal. Salah satu putera Coal dari Suku Ndajang yang menduduki jabatan strategis di Kabupaten Manggarai saat itu adalah Ir. Férdinandus Pantas, M.Si. Keraéng Férdy Pantas saat itu pernah menjadi Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Manggarai selama kebupatian Keraéng Anton Bagul.

Selepas Keraéng Anton Bagul, lagipula wilayah Manggarai Barat dimekarkan, tahun 2003, Keraéng Wilfridus Fidelis Pranda menjadi Penjabat Bupati Manggarai Barat lalu tahun 2005 - 2010 dirinya menjadi Bupati Manggarai Barat. Selama kepemimpinan Keraéng Fidelis Pranda, jalur Golowelu - Léwur kemudian diaspal. Kemudian semasa kepemimpinan Bupati Agustinus Ch. Dula, jembatan Waé Réntang pun dibangun. Yah, ada bekas jejak dari tiap-tiap pemimpin. Salut!

Datanglah Keraéng Édy Éndi, jalur itu kemudian dihotmiks. Sepak terjang Keraéng Édy - Wéng membuat rakyat riang terpingkal-pingkal. Seolah-olah adem nyenyak di beranda Nirwana. Senyum simpul dan kerling manis nan dikara elok nian. 

Cerita Tambahan
 Pasca gendang itu dibangun, para srikandi juga sempat bertandang ke gendang itu. Misalnya Keraéng Endé Yéni Véronika, anggota DPRD Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan reses di gendang itu. Memang Ibu Yéni Véronika pernah mengunjungi wilayah itu terutama di Ntalung tetapi tidak masuk ke gendang. 2022, Ibu Yéni Véronika menggelar reses di Gendang Coal.

Membawa Berkat.

Tamu adalah pembawa rezeki atau Tuhan representatif di bumi. Semakin banyak orang-orang luar, orang-orang asing, orang-orang berpengaruh datang ke suatu gendang, maka outline sejarah gendang itu kian mantap. Perkataan pernah adalah gampang diucap tetapi sulit untuk dilakukan. Pernah. Yah itu tercatat dalam bingkai sejarah. 

Selain Keraéng Christ Rotok, Keraéng Édy Éndi, Keraéng Adrianus Garu, Keraéng Yéni Véronika tentu saja ada Keraéng lainnya di masa depan bertandang ke gendang itu. Bukan pujian tetapi itu adalah catatan rentangan dalam lembaran sejarah gendang. Tampak Keraéng Bénny K. Harman acap ke kampung Coal tetapi datumnya belum masuk ke dalam gendang. Masuk ke dalam gendang adalah satu catatan sejarah gendang.

Ditulis oleh:
Melky Pantur
Jumat (24/2/2023).



 

Sunday, 12 January 2020

Desa Coal 2020

Gambar diambil, Sabtu, 11 Januari 2020.
Oleh: Melky Pantur***).

























Monday, 23 December 2019

Pemandangan Alam di Desa Coal







Ntalung, Desa Coal, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Senin, 24 Desember 2019.

Saturday, 25 May 2019

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng


Pengguntingan pita peresmian gedung baru UKI St. Paulus Ruteng.



Menristekdikti, Prof. M. Nasir, P.hD saat meresmikan gedung Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Minggu, 26 Mei 2019.



Tampak Ketua STKIP St. Paulus Ruteng, Rm. Dr. John Boy Lon, MA, Uskup Denpasar-Bali yang juga Admistrator Apostolik Keuskupan Ruteng, Mgr. Silvester San, Pr dan Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, SH, MH. 


Kampus tersebut terlelak di jantung Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Asia. 

Foto facebook: Dr. Fransiska Widyawati, M.Hum.

Disusun kembali oleh: 
Melky Pantur***).