Wednesday 25 October 2017

"SAUNG TAGO MO'ENG MOSE".

Ditulis oleh: Melky Pantur***, (16/1/2017).


Perhatikanlah lirik lagu berikut dengan saksama!

Gula ucap lako duat, 
Eko roto tipa beci,
Selek kope pola bancik,
Duat le sawa, le mai pa'ang.

Tipa nggurus ali gugum,
Ba bokong latung bombo,
Le sawa saung tago,
Copel mose data lengge.

Copel mose ge,
Copel,
Copel mose ge, 

Copel mose ge,
Copel,
Copel mose ge,

Tau tinu yanak pitu,
Cala jari mose tai,
Cala jari mose tai,
Leso ho'on tedeng len.

Yo Mori agu Ngaran,
Yo Mori agu Ngaran,
Baeng koe mose dami,
Baeng koe mose dami,
Leho ho'on dengkir len.

-----------------------------------

An.

Penulis tidak mengetahui siapa pengarang lagu di atas tetapi penulis ingat baik syair dan liriknya. 

Lagu ini sangat inspiratif tentang betapa sulitnya kehidupan di kampung dengan berprofesi sebagai seorang petani tulen.

Sang petani memiliki 7 orang anak. Dia harus membanting tulang bekerja di sawah membesarkan anak-anaknya. Kendati membawa makanan yang berasal dari jagung masak sembari  memegang lombok dengan satu remasan tangan dia tetap berharap agar Tuhan Pencipta mengasihi mereka.

Sedihnya pula, ketika tiba di sawah yang terletak di depan gerbang kampung - pa'ang, latung bombo atau jagung masak tersebut dimakan dengan daun kacang panjang - saung tago. Kemudian, mereka mencampurkannya dengan nggurus atau lombok. 

Satu pelajaran penting dari lirik lagu di atas ialah meski hidup susah namun tetap berharap akan kebesaran Ilahi, akan pertolongan-Nya agar Yang Agung sudi tetap menolong. 

Selain itu, mereka tampak rajin sekalipun menu makanan kurang menjamin dari sisi gizi namun mereka toe ngonde holes, toe mejeng hese (tidak malas-malasan).

Suatu yang sangat ironi menurut pola pikir manusia, kok dia seorang yang sangat papa namun rahmat keturunannya seperti pasir di tepi pantai dan bintang-bintang di langit. 

Meski demikian, orang tersebut diberikan harta yang berlimpah yang melebihi berlian, emas dan perak sebab anak adalah harta berlimpah yang tiada duanya di bumi. 

Orang bilang banyak anak banyak rezeki namun ada pula pemikiran banyak anak menciptakan kemiskinan. Satu hal yang perlu digarisbawahi - siapa yang bisa mengetahui nasib seseorang?

Lirik lagu di atas menggambarkan hidup harus diupayakan, hidup harus dihargai, hidup mesti disyukuri meski dalam keadaan apa adanya. Di sini saung tago, jagung dan sedikit lombok sudah bisa menghidupkan tetapi tetap berupaya agar lebih daripada itu.





No comments:

Post a Comment