Sunday, 17 December 2017

Kisah Tapak Empo Jou dan Ngkileng di Ndoso.

Tulisan ini dalam google plus, sudah diterbitkan dengan judul:

[Foto kuburan Loke Nggerang dipotret Penulis di Ndoso, 2010].

Sejarah Empo Jou dan Ngkileng di Ndoso, Manggarai Barat, Propinsi NTT, Indonesia.

Lihhttps://plus.google.com/photos/photo/117748896674938088790/6343498171490398098


[Tampilan di google]


Ditulis oleh:
Melky Pantur***

Beginilah sejarah Empo Jou menurut tuturan singkat kronologi tapak tilas yang disampaikan oleh Konstantinus Badi (50), kepada Penulis di Ruteng, Minggu malam (24/11/2013).

Permulaan Meterai.

Latar Belakang dan Asal Muasal.

Menurut Konstantinus yang tidak mengetahui persis sejarah Empo Jou meski dia mendengar dari tuturan lisan nenek moyang termasuk ayah kandungnya, menuturkan bahwa Empo Jou berasal dari Minangkabau. Kedatangannya tidak diketahui klapan persisnya.

Empo Jou datang pertama kali di Reo (Reo, Kecamatan Reo, Kabupaten Manggarai, NTT) . Tidak diketahui persis dia menaiki apa. Dia sendirian tidak disertakan dengan istrinya karena dia diduga masih muda.


Konon di Reo, dia memelihara seekor babi. Namun anehnya, babinya itu beranak di Ndung (Ndung, Kelurahan Wae Belang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT persis dekat Cancar).

Kemudian babinya itu kembali mengandung dan beranak di Wae Giro (Wae Giro, Kecamatan Ndoso pemekaran dari Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat. NTT. Wae Giro persis di pertigaan menuju kampung Puntu dan dekat kampung Pajo menuju Tentang dan Sirimese, Manggarai Barat).

Asap Api Pesan Singkat Paling Ampuh.

Kisah Perjumpaan Empo Jou dan Empo Ngkileng Dimulai.

Di Wae Giro pada waktu itu, Empo Jou melihat asap api membubung tinggi. Kemudian dia meninggalkan Wae Giro lalu menuju sumber asap yang  ternyata berasal dari kampung Ndoso (Kampung Ndoso adalah kampung sejarah Loke Nggerang tepatnya di Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, NTT).

Ketika tiba di kampung Sosa dekat Ndoso, Empo Jou menaruh anjingnya di sana lalu ia ke Ndoso. Tiba di Ndoso, Empo Jou pun bertemu dengan Empo Ngkileng, peyumber asap yang tengah berduka hati.

Empo Joe disambut baik oleh Empo Ngkileng dan pada saat itu Empo Ngkileng mengutarakan keluh-kesahnya perihal peristiwa tragis yang menimpa dirinya dan keluarganya.

Pasalnya, keluarga dari Empo Ngkileng tidak ada satu pun yang sisa hidup kecuali dirinya karena semua keluarganya berhasil diguna-guna oleh Empo Rua yang kemudian dijadikan menu makanan enak oleh Empo Rua jika sudah tak  bernyawa lagi.

Empo Rua: Membunuh Jadi Aksi Rutinitas,
Mayat Menu Santapan Paling Lezat.

Mungkin kalimat yang paling klop untuk perwatakan Empo Rua masa itu adalah ‘tidak ada pekerjaan lain di dunia yang paling menarik adalah selain daripada membunuh’.

Empo Rua menawarkan daging orang yang telah meninggal lebih baik dimakan ketimbang dikuburkan. Begitulah yang mereka perlakukan terhadap keluarga Empo Ngkileng di kampung Ndoso kala itu.

Tetapi pikiran licik itu jadi ikon otak mereka dengan menguna-guna dengan maksud hanya ingin memperoleh sepotong daging manusia yang enak, namun kelicikan mereka segera diketahui.

Perbuatan Empo Rua kala itu membuat manusia sedih apalagi manusia dan Empo Rua hidup bersama pada satu zaman yang sama sehingga menimbulkan kebencian terhadap kaum manusia berbadan penuh buluh lebat dan berbadan kekar itu ketika Empo Rua menjadikan bangsa manusia sebagai santapan.

Tipologi Empo Rua.

Empo Rua menurut ceritanya adalah sejenis manusia raksasa yang tinggi tegap, badannya berbuluh hitam, dapat berkomunikasi dengan manusia tetapi menggunakan suara hidung (kungkeng dalam bahasa Manggarai) atau suara mereka sangau.

Bak para dukun santet mematikan, mereka mempunyai ilmu sejenis janto atau santet untuk membunuh manusia lain pada zamannya.

Setelah manusia meninggal, corpus atau mayat mereka dijadikan sebagai menu santapan sedap siang dan malam. Dan itu adalah kebiasaan cara hidup mereka pada kala itu.

Ide Menangkap Empo Rua.

Persis ceritanya, Empo Jou menawarkan ide cemerlang kepada Empo Ngkileng. Empo Ngkileng ini adalah orang pertama yang masuk, tinggal dan diam menetap di kampung Ndoso.

Lanjut cerita, Empo Ngkileng disuruh Empo Jou berbaring di pintu depan dalam rumah (orang Manggarai bilang lutur) persis seperti menyemayamkan mayat di pintu depan dalam rumah. Empo Ngkileng dilakonkan sebagai mayat yang sedang disemayamkan.

Misi Pemangsaan Empo Jou Mulai Beraksi.

Sementara, Empo Jou ini memiliki empat ekor anjing. Nama keempat anjing tersebut: Panga Mere, Lando Wa, Lando Eta, Kinde Koe. Empo Jou pun memainkan aksinya. Keempat anjing tadi lalu ditaruh di bawah kuali tepatnya di Sosa. Persis ada beberapa Empo Rua datang ke rumahnya Empo Ngkileng. Keempat anjing tadi dijaga oleh Empo Jou.

Langgar Firasat Buruk Salah Satu Empo Rua, Korban Berjatuhan.

Salah satu Empo Rua yang sedang mengandung memberi tahu, mungkin karena firasatnya, kepada beberapa rekannya untuk tidak boleh memasuki rumahnya Empo Ngkileng, namun rekannya tidak mengindahkan dugaan teman mereka.

Selang beberapa saat, beberapa Empo Rua masuk ke rumahnya Empo Ngkileng. Ketika sampai di dalam, Empo Jou melepaskan keempat anjing itu dari Sosa tadi yang tertutup kuali lalu menghabisi beberapa Empo Rua itu.

Mendengar peristiwa itu, sontak Empo Rua yang sedang mengandung tadi dan yang telah memberi larangan melarikan diri ke Ruis.

Perburuan Empo Jou ke Ruis Dilanjutkan, Empo Ngkileng Tetap di Ndoso.

Empo Jou kemudian menjejaki Empo Rua yang sedang mengandung yang tadi melarikan diri ke Ruis sementara keempat ekor anjingnya tetap di Ndoso. Selama tiga hari anjingnya Empo Jou bersama Empo Ngkileng. Namun, sebelum Empo Jou ke Ruis, ia menitip pesan singkat kepada Empo Ngkileng.

Pesan Empo Jou tersebut bahwa kalau dalam beberapa waktu anjingnya berusaha mencarinya, maka tugas Empo Ngkileng adalah menyiapkan bekal makanan untuk anjing tersebut dengan menggunakan cupat (ketupat yang di dalamnya berisi makanan). Lalu, ketupat itu harus diikatkan di masing-masing leher anjing tersebut. Empo Ngkileng pun mengindahkan pesan dari Empo Jou.

Empo Rua Nyaris Mendagingkan Empo Jou di Ruis.

Ketika tiba di Ruis, Empo Jou diketahui oleh Empo Rua yang tadi mengandung dan diberitahukan kepada rekan-rekannya perihal kejadian di Ndoso yang telah menimpa teman mereka. Empo Rua itu melaporkan, Empo Joulah yang bersekongkol dengan Empo Ngkileng hingga menewaskan teman-teman mereka di Ndoso.

Tetumbuhan Pede Penyambung Nyawa Empo Jou.

Sontak karena amarah, beberapa Empo Rua itu lalu hendak memangsa Empo Jou. Tak mau mati konyol, Empo Jou lalu melarikan diri ke sebuah batang tumbuh-tumbuhan. Nama tetumbuhan itu adalah Pede (Pede sejenis tetumbuhan yang menyerupai pandan - sejenis wako yang lazim dijadikan sebagai bahan dasar penadah hujan ketika berkebun atau bersawah)

Dia pun bersembunyi di tengah rimbunnya daun Pede sehingga sukar diketahui Empo Rua. Tak tahan akan pencarian para Empo Rua, Empo Jou pun memanggil anjing-anjingnya dari Ruis, dari atas Pede.

Panga Mere, Lando Wa, Lando Eta, Kinde Koe Bergegas ke Ruis.

Dikenal maka disayang, disayang maka dicinta. Barangkali itulah slogan yang pas untuk kedekatan Empo Jou dengan keempat ekor anjingnya. Insting seekor anjing jika dekat dengan rasio manusia, maka pasti turut bekerja dan menjadi semacam chemistry. Keempatnya pun tidak tenang lalu menyusul tuan mereka ke Ruis.

Pada hari yang ketiga, keempat anjing tersebut mencari tuan mereka lalu menyusul Empo Jou ke Ruis. Keempat anjing tersebut pergi dengan mengikuti bau langkah kaki dari Empo Jou dengan membawa bekal di leher mereka karena Empo Ngkileng meluluskan permintaan Empo Jou sebelum meluncur ke Ruis membuntuti Empo Rua betina yang tengah mengandung.

Keempat Anjing Titip Ketupat di Rebeng.

Saat menginjakkan kaki di Rebeng, keempat anjing itu menaruh makanan mereka di bawah sebuah tetumbuhan yang disebut watang eros (watang eros sejenis tetumbuhan besar).

Keturunan Empo Rua di Ruis Jadi Santapan Para Anjing.

Sesampai di Pede tadi, Empo Jou memanggil keempat anjingnya dari atas Pede untuk menghabiskan nyawa para Empo Rua di Ruis. Empo Rua tersebut lalu  ditewaskan semua.

Setelah menyelesaikan sesi itu, lalu mereka meninggalkan tempat itu dan kembali ke Rebeng mengambil ketupat yang disimpan di sana untuk bekal perjalanan selanjutnya.

Empo Jou dan Keempat Anjingnya Bertolak ke Rewas.

Aksi penumpasan para Empo Rua di Ruis telah usai dan finalnya berhasil baik. Lalu, Empo Jou berangkat ke Rewas tepatnya di Teti Acu, di Wae Ncurin.

Seekor Katak Meracik Kisah Sejarah Baru.

Di Rewas, beberapa anjing tersebut melihat seekor katak yang sedang melompat-lompat. Namun, katak itu tidak disantap oleh keempat anjing tersebut.

Lalu keempat anjing itu pun bernazar kepada katak tersebut dengan berkata: “Dari mana saja engkau datang? Ingat, kami tidak akan memakan engkau tetapi kami hanya ingin agar engkau menunjukkan kepada kami dari mana saja engkau datang tadi?”.

Sejarah Wae Ncuring Mulai Dianyam.

Persis seketika itu juga katak itu lalu menunjukkan kepada keempat anjing tersebut sebuah kolam kecil yang berdiameter kira-kira satu meter kelilingnya di mana katak itu telah bermain-main dengan air kolam itu.

Heran bercampur senang, keempat anjing dan Empo Jou beristirahat beberapa saat di sana untuk berbilas diri lalu membiarkan si katak melepas pergi dari tempat itu melanjutkan misi barunya di tempat lain.

Uniknya, kolam kecil itu semacam purang koe, libo koe di mana si katak senantiasa menghabiskan waktunya di sana barangkali.

Jadi,  purang koe, libo koe adalah sejenis tempat yang mengandung air yang biasanya keruh, jarang jernih airnya. Ada juga yang jernih.

Alam Mulai Mencetak Kisah.

Kolam Katak Berubah Warna Jadi Merah di Wae Ncurin.

Ketika tiba di kolam kecil itu, keempat anjing itu bersama Empo Jou duduk untuk membersihkan gigi karena telah menewaskan beberapa Empo Rua di Ruis.

Empo Jou memperdudukkan anjing-anjingnya lalu membersihkan gigi mereka dengan kayu kecil - curi ngi'is atau menusuk gigi untuk membersihkan gigi-gigi anjing itu yang masih tersisa daging Empo Rua, air kolam itu dipakai sebagai pembersih.

Usai dibersihkan karena sisa makanan gigitan daging Empo Rua, sisa makanan itu penuh darah. Maka air di kolam itu berwarnah merah karena darah. Namun, hingga kini, kolam kecil yang digunakan dulu itu hingga kini masih berwarna merah.

Jika dilihat dari jauh warnanya biasa-biasa saja, tetapi jika didekat, warnanya kemerah-merahan. Dan itu, tepatnya di Wae Ncuring.

Meterai Alam Baru pun Diciptakan.

Bekas Injakan Kaki Anjing Empo Jou Tinggal Tetap di Wae Ncuring.

Tidak hanya perubahan kolam katak yang berubah menjadi warna merah sebagai akibat dari mencuci gigi para anjing Empo Jou yang hingga hari ini, katanya, masih ada, bekas-bekas injakan kaki anjing di Wae Ncurin pun masih ada sampai sekarang.

Menurut cerita Badi, bekas injakan kaki itu masih ada mulai dari peristiwa tersebut mulai diciptakan hingga sekarang ini. Namun, sayangnya tidak semua orang mengetahuinya.

Misi Berakhir, Kisah Telah Ternobat.

Empo Jou dan Keempat Anjingnya Kembali ke Ndoso.

Misi yang meninggalkan bekas sejarah di Wae Ncurin berupa air kolam katak berubah warna jadi merah dan bekas injakan kaki anjing dari Empo Jou telah tutup. Mereka pun bertolak menuju ke Ndoso. Ketika sampai di Ndoso, Empo Joe dan Ngkileng hidup berdampingan.
Menurut Badi, dia menangkap cerita itu sampai di situ saja. Terkait istri si Empo Jou dan Empo Ngkileng tidak diketahui persis dari mana asal muasal mereka. Empo Ngkileng pun tidak diketahui datang dari mana tetapi yang pasti, kata Badi, orang pertama yang menjadi tuan tanah di Ndoso adalah Ngkileng.

Soal hubungan timbal balik antara cerita Empo Jou, Empo Ngkileng dan Loke Nggerang belum bisa dituturkan. Hal itu karena keterbatasannya menelusuri dan menangkap cerita.

Tanda Ziarah Penutupan Abadi Tinggalkan Kisah Mistis
Keramat Lain pun Muncul di Ndoso.

Tanda Abadi Itu Bersejarah,  Batu Sukar Diangkat Namun Bisa Digoyang.

Salah satu ciri khusus salah batu nisan perkeburan di Ndoso adalah sebuah batu nisan yang bisa digoyang-goyang tetapi tidak bisa diangkat.

Menurut cerita Badi, dulu batu tersebut adalah satu kesatuan. Dia berbentuk silender seperti tabung dan tunggal. Tetapi entah karena diakibatkan terbelah petir batu tersebut terbelah menjadi tiga seakan-akan membentuk deretan sejajar Namun, yang di tengah meski digoyang-goyang, batu tersebut tidak bisa diangkat.

Hingga hari ini, saya, kata Badi belum tahu apakah batu nisan itu milik Empo Jou, Empo Ngkileng atau Loke Nggerang atau leluhur lainnya. Yang pasti, kata dia, belum dia tahu.

Informasi Tambahan....

Sekilas tentang Empo Pesau di Kolang.

Untuk informasi dari sumber yang enggan menyebutkan namanya kepada Penulis pada saat yang sama di Ruteng bahwa empo pertama yang datang, diam dan tinggal pertama di Kolang adalah Empo Pesau. Pesau berasal dari Minangkabau dan saat dia dikuburkan disertakan dengan keris emasnya.

Pesau ini dulu mengambil istri dari Lembor, yaitu seorang Putri Raja. Singkat cerita, di Lembor dulu ada sebuah kerajaan. Pesau mengambil anak gadis Raja di sana dan menikah dengannya. Karena tidak biasa berkebun jagung, Putri Raja itu tidak sanggup berpetani jagung lalu terpaksa dikembalikan oleh Pesau ke orang tuanya.

©©©©©©©©©©©©©©©©©©©®

Butuh Refrensi Pembaca.

Terkait dengan kedua informasi yang belum rampung di atas dari berbagai sumber akan ditelusuri kembali oleh media ini pada waktu-waktu berikutnya.

Laporan telusuran di atas tentu harus dipandang sebagai salah satu refrensi di luar  refrensi lain yang barangkali lebih kompleks. Dengan begitu, telusuran berikut dan masukkan dari berbagai pihak sangat diperlukan.

Dan, siapapun yang membaca dan mengetahui sejarah di atas, kornologi dan tapak tilas yang diperoleh sangat diharapkan dibagi ke sumber ini. Hubungi saya di melkypantur@yahoo.com, melky.pr@gmail.com. Facebook/tweeter: Melky Pantur. Nomor hp saya sekaligus whatsapp: +6285239134340. Naskah ini ditulis, Senin (25/11/2013) pada pukul 02.00 WITA di Goro-Ruteng.


On Wednesday, November 27, 2013 4:34 AM, Melky Pantur <melkypantur@yahoo.com> wrote:


Keterangan Gambar: Kuburan Loke Nggerang di Ndoso, Manggarai Barat. Foto ini diambil oleh Melky Pantur saat acara syukuran DPRD Mabar, Pa Ino Tamla. Saat itu Wakil Bupati Mabar, Drs. Agustinus Christian Dula hadir di Ndoso dan lagi ramainya perebutan Pilkada Mabar 2010.

[Hak cipta: Melky Pantur]

.............
Informasi Baru.
1. Keraeng Edi Sugiarto, Jumat (21/10/2016), mengatakan isteri Empo Jou saat bersama ke Wae Giro namanya Nenek Jai.
2. Ada juga yang mengatakan Empo Jou ada hubungan dengan orang Rahong.

No comments:

Post a Comment