Sawindao dalam bahasa lokal orang Manggarai yang dalam ungkapan lain disebut spider web. Lodok bahkan telah persis sepertinya yang terlihat di tengahnya layaknya simbol jantung atau saung teno. Pada sisi lain, ia persis seperti buluh burung merak yang dipakai Dewa Kresna. Sangat luar biasa.
[Allah keindahan]
Saya, Melky Pantur*** mengambil gambar ini, Sabtu malam sekitar Pukul 10.00 WITA, Sabtu (18/11/2017). Satu yang diperhatikan, demi mempertahankan hidupnya ia bahkan seperti semut bekerja siang dan malam. Ia mampu bekerja tanpa penerangan demi menjaga identitasnya sebagai laba-laba.
Ia bertarung dengan waktu saat hari Kamis (16/11/2017) sarangnya dirusak oleh hujan deras dan angin kencang. Bayangkan, sudah dua hari ia menanti saat yang tepat kendati tak diterangi rembulan, tepatnya di depan kediaman kami, Sabtu malam (18/11/2017) ia membangun sarangnya kembali. Sungguh tertegun melihatnya. Ia bekerja purna waktu tanpa tanpa mengenal lelah, asanya senantiasa dinyatakannya.
Sawindao dikenal sebagai penyelamat, sang penghilang jejak dan penolong manusia dari gigitan nyamuk. Ia pun simbol representasi dari keindahan dan filsafat kehidupan orang Manggarai terutama lodok. Betapa herannya saya setelah melihat beberapa sisi dari keterciptaannya di bumi. Sawindao adalah gambaran keindahan Ilahi, cahaya kemuliaan.
[Buluh burung merak]
Kehadirannya telah mengajarkan kita betapa pentingnya bertahan kendati diterpa hujan dan badai dalam hidup namun ia tetap mau bertahan.
2 Jam 28 Menit Kemudian......!!!
Pada Pukul 12.28 - 12.30 WITA kemudian, camera kembali diaktifkan. Alhasil, upaya seekor sawindao itu telah sukses merampungkan karyanya. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Seekor kupu-kupu berukuran kecil berwarna kemerahan berbintik sukses dikerangkeng dalam jaringnya yang rapat tersusun rapi. Rupanya sawindao itu merasa gembira pasca seluruh amunisi dari dalam tubuhnya terbayar lunas setelah asanya ternyata.
Ini hasil jepretan cameraku. Lihat gambar berikut di atas tampak begitu indah. Yah, upaya kerja keras pasti membuahkan hasil sebagai kodratnya seekor laba-laba yang doyan sama serangga termasuk kupu-kupu bahkan kumbang yang melintasi jaringnya.
[Alam mengajarkan kita untuk bersabar, tidak putus asa dan tetap bekerja keras]
Rezeki memang diberikan kepadanya setelah keringatnya bercucuran. Maka, tepatlah istilah ini: dempul wuku tela toni, nolak dara, neka ngonde holes mejeng hese, duat gula we'e mane. Terkadang seperti riwayatnya: bersusah-sudah dahulu bersenang-senang kemudian. Potret ini adalah gambaran kerja keras yang kemudian diberi kemurahan oleh Yang Kuasa, Sang Allah Keindahan.
Foto Ilusi.
07.43 - 07.47 pagi WITA.
Pada pukul di atas, sawindao itu tampaknya belum beristirahat pasca telah mendapat mangsanya pada jepretan 12.30 malam WITA. Sarangnya terlihat sudah mulai lusuh pada Pukul 07.47 WITA saat fajar tengah menyingsing naik di ufuk timur.
Ia belum menunjukkan tanda-tanda istirahat. Belum diketahui hingga pukul berapa ia telah menghabiskan makanan lezatnya sebagai pengganti amunisi sarang yang telah melelahkan tenaganya.
Jika diperhatikan punggungnya, warnanya kuning keemasan. Terlihat seperti lampu lentera tetapi jika dilihat dari keseluruhan seperti londe ata rona (roh laki-laki). Terlihat dari lampu pelita tersebut mengeluarkan asap ke bubungan langit.
Tampak pula seperti lampu pelita yang tengah menyala dan lampu pelita tersebut terlihat seperti seekor kancil yang cerdas tengah membaca buku. Di atas kepalanya terdapat dua tanduk yang berdiri tegak. Kancil tersebut ditemani oleh seekor kancil lain rupanya betina tengah mengeluarkan antarkarananya sebagai simbol kemandirian, keberpikiran yang cemerlang dan sangat menyemesta.
Di sisi yang lain, tanda di punggungnya sebagai simbol keris yang tengah mengeluarkan percikan api yang tengah menyala dan tengah terhunus ke atas.
Terlihat tampaknya diambil dari arah depan, yaitu bagian perut di saat fajar tengah menyingsing. Tampak ada 4 wungkut (ruas) tangan kakinya dan terdapat 10 jemari masing-masing 5 dari kedua sisi.
Buluh-buluh kecil berupa antena halus berkeriapan dari tangannya yang terlelak di dekat leher kepala sebagai alat yang membantunya mencicipi hidangan hasil jaringannya mengisi kekosongan kampung tengahnya.
No comments:
Post a Comment